Cahaya Malam Pengingat Syukur
Malam
ini aku melewatinya, sungai dengan aliran yang cukup deras di pagi hari. Tetapi
alirannya tidak begitu deras malam ini, bahkan cukup menenangkan untuk
menikmati penyeberangan disini. Aku sudah berada di atas besi itu, lantai dari tempat singgah si bapak, lelaki tua yang menggunakan
tempat singgahnya untuk membantu pengendara menyeberangi sungai ini setiap
harinya.
Bapak
ini kuat sekali, pikirku. Beliau menjalankan tempat singgah ini sendirian
dengan menarik tali yang begitu besar dengan tangan kecilnya agar
persinggahannya sampai pada daratan selanjutnya. Bagiku ini tidak mudah,
menarik besi berbentuk yang juga disinggahi 5 mesin berbunyi dan 6 kepala
manusia dengan melewati arah aliran sungai yang berlawanan.
Tetapi
aku tidak melihat raut wajah mengeluh dari si bapak, bahkan beliau melempar
senyum kepadaku. Aku mulai bertanya, “bagaimana bisa bapak melakukan semua ini
tanpa mengeluh?”. Lalu si bapak tersenyum kepadaku dan berkata, “mbak,
bagaimana saya bisa mengeluh jika nikmat yang diberikan tuhan kepada saya
melebihi dari apa yang bisa saya keluhkan?”.
Aku
diam membisu kemudian berpikir, nikmat seperti apakah yang diberikan tuhan
kepada si bapak. Tiba-tiba si bapak bertanya dan menunjuk ke arah selatan, “tidakkah
kamu melihat cahaya dari bangunan itu? Cantik bukan?”. Aku mengangguk sebagai tanda
bahwa aku sependapat dengannya. Si bapak kemudian berkata, “bagaimana kamu bisa
menyebutnya cantik jika seandainya kamu tidak bisa melihat?”. “Inilah nikmat
yang diberikan tuhan kepada kita yang terkadang kita lupa untuk mensyukurinya.”,
imbuhnya. Aku tertunduk malu mendengar jawaban si bapak.
Sumber gambar :
Komentar
Posting Komentar