Aku menuju
masjid terdekat di jalan itu untuk melaksanakan sholat dhuhur. Tampak dari dekat
kau menatapku lama entah hanya perasaanku saja atau memang benar begitu.
Setelah
selesai melaksanakan sholat, kau memanggilku “mbak, mau kemana? Pulang? atau
mau cari makan? Mau makan bakso ya?”, aku hanya diam dan berpikir mengapa kau
bisa mengetahui kemana aku akan pergi selanjutnya.
“Mbak
tidak perlu takut, saya bukan mau hipnotis dan bukan orang jahat kok. Mbak anak
kuliahan ya? Saya cuma mau ngasih tau sesuatu mbak. Sini mbak duduk disini
dulu, saya mau cerita.”, pintamu. Kemudian aku bersedia untuk duduk dan
mendengar ceritamu. Kau cerita begitu banyak kepadaku tentang bagaimana
kehidupan itu. Kau memberi saran yang membuatku termotivasi.
Dari semua
yang telah kau ceritakan kepadaku, aku mengingat beberapa ucapanmu :
“mbak boleh berencana, tetapi semua bergantung pada
kehendak Allah”
Bertemu
denganmu, seorang pria yang mungkin telah menikah berusia ±25 tahun yang tak ku
kenal pada saat itu seperti bukan hanya kebetulan, seperti yang kau katakan
pada saat itu “mbak, mbaknya percaya bahwa semua sudah ditakdirkan oleh Allah? Menurut
mbak kenapa mbak memilih untuk sholat di masjid ini? Bertemu saya? Apa menurut
mbak ini hanya kebetulan? Ini semua takdir, mbak. Jodoh.”
Pertemuan
itu, sampai saat ini masih terbayang di pikiranku. Bahkan aku tidak tahu namamu
dan lupa bagaimana wajahmu, yang ku ingat hanyalah kata-kata yang pernah kau
ucapkan. Jodoh, bagiku kau adalah seseorang yang dikirim oleh Allah untuk
berbagi pengalaman hidup kepadaku agar aku termotivasi dan lebih mendekatkan
diri kepada Allah.
Terimakasih atas
cerita dan saranmu pada waktu itu :)
Komentar
Posting Komentar